Ahad pagi (24/6) itu tak seperti biasanya, sejak pukul 06:00 pagi Gang Ampel Kusumba Pasar sebuah kawasan Wisata religi Sunan Ampel itu sudah dipadati jamaah dan aktivis dari berbagai elemen lemba
ga dakwah dan ormas Islam.
Hadir di rumah pendiri Lembaga pendidikan Al Hikmah Surabaya itu para Ulama, Kyai, Zuama, pakar, dosen, aktivis dakwah dan lembaga-lembaga Zakat di Jawa Timur.

Ummat Islam yang mayoritas ini bukan penentu kebijakan bangsa ini.
"Kita hanya bisa melaksanakan tapi tidak bisa menentukan, " ujar pendiri YDSF itu.
Kalau kita jalan-jalan ke Mojokerto dan ke Gresik, kita lihat banyak pabrik-pabrik di sana. Tapi bukan milik kita. Milik siapa?
"Apakah kalau jadi milik kita, kita bisa mengelolanya? "tanya Abdul Kadir.
Kita tidak mungkin bisa mengelolanya tanpa kemampuan (kompetensi) dan manajemen. Persoalannya adalah kualitas pendidikan kita yang belum menghasilkan SDM yang unggul.
Karena itu, mari kita perbaiki kualitas pendidikan kita. Kita akan mampu jika kita memiliki akhlak dan kompetensi.
"Sekolah harus dapat membantu melahirkan anak-anak yang berakhlak dan berkompetensi Yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan zamannya," kata peraih Doktor Honoris Causa dari UNESA itu.
Hadir memberikan sambutan juga pada acara itu Prof Muhammad Nuh mantan Menteri Pendidikan Nasional, yang mengajak kita untuk bergeser dari musabaqah (kompetitor) menjadi sinergi. Tidak lagi menonjolkan "Aku" tapi rubahlah dengan "kita".
Ummat Islam yang besar itu harus kuat. Jangan ada pilihan, pilih yang kuat tapi sedikit atau yang besar tapi lemah. "Jangan ada kata atau "or" tapi pakai kata dan "and", "wa" waunya wau athaf. Kita milih yang besar dan kuat, " katanya.
Acara Halal bihalal itu ditutup dengan syair-syair kebangsaan oleh KH. Mahfudz Syaubari pimpinan Ponpes Riyadhul Jannah Pacet Mojokerto. (dyt/lazisnf)