Malang, Selasa, 16 Februari 2016, di sebuah rumah mewah yang disulap
menjadi gedung sekolah Islam terdiri dari KB (Playgroup), TK, dan TPA-TPQ Darun
Najah, di kawasan komplek perumahan Jalan Griyashanta Kota Malang.
Gedung Islmic Preschool itu masih berada di hiruk-pikuk pusat bisnis-perdagangan
Kota Malang. Puluhan anak-anak TK dan Balita sedang belajar dan diasuh oleh 9
ustadzah. Sejak berdiri 2012, Hj. Dian Dwi Anggraeni langsung memimpin Sekolah
Islam tersebut. Dian mulai mengemban amanah sebagai Kepala Sekolah harus
memenej semua yang terkait dengan kebutuhan sekolah tersebut. Mulai dari sarana
prasarana belajar, kurikulum sampai sumber daya pendidiknya. Ada 9 guru yang
harus Dian pimpin dalam proses belajar-
mengajar di sekolah Islam ini. Dia tertarik ke dunia pendidikan Islam
karena sesuai cita-citanya ingin mencetak generasi Qurani. Sebelumnya, wanita bersahaja
dan ramah ini adalah pengusaha Najah Travel, Najah Fashion (Butik Muslim) dan Toko
Kaca Mata Najah Optic di Malang dan Surabaya.
Usianya terbilang masih muda, sekitar 35 tahun. Tapi siapa sangka,
wanita kelahiran Kota Malang, 21 Februari
1981 ini memiliki prinsip hidup yang patut ditiru setiap orang. Hidup baginya
adalah untuk menolong sesama. Sejak kecil sudah ditanamkan orang tuanya untuk
bekerja keras, menolong sesama dengan sedekah, shalat lima waktu dan tahajud.
Mulai kelas 4 SD dia sudah rajin shalat tahajud. Sejak itu pula keinginan untuk
menolong sesama semakin besar.
Waktu itu, ia sering berdoa, “Ya Allah saya ingin menjadi orang kaya
supaya saya bias membantu orang banyak,”kenangnya. Alhamdulillah, doa itu
dikabulkan oleh Allah. Di usia muda, 24 tahun, Dian sudah meraih puncak kesuksesan.
Lepas dari kariernya sebagai Sales Supervisor di PT KIA Mobil Indonesia,
kemudian Dian banting setir ingin menjadi pengusaha sesuai dengan cita-citanya
sejak kecil. Ia bersama suaminya membuka perusahaan travel, butik muslim dan
toko optic.
Semakin maju usahanya, Dian semakin banyak bisa membantu orang banyak.
Dengan sedekah, kita akan tahu betapa hidup ini akan terasa lebih bermakna.
Dian memang dikenal sebagai sosok yang begitu peduli dan
berupaya untuk selalu berbagi kepada warga masyarakat yang kurang
beruntung. Salah satunya dengan menjadi donatur tetap Lembaga Amil Zakat Infak
dan Shadaqah Nurul Falah (LAZISNF).
Sebagai eksekutif muda dengan 15 karyawan yang terbilang sukses, dia
tak hanya memberikan ilmu, hati, pikiran dan jiwanya, tapi juga “dompetnya”.
Dia selalu berusaha membersihkan hati, pikiran dan jiwanya dengan memberikan zakat-infaq-shadaqah. Dia berbagi kesuksesan dengan cara membantu warga masyarakat yang
fakir dan miskin. Prinsipnya, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi
orang lain. Baginya, kesuksesanitu tidak hanya terletak pada seberapa besar
hebatnya kita dan banyaknya harta yang
berhasil dikumpulkan, tapi seberapa besar kepedulian dan sikap berbagi
untuk membantu sesamanya.
Prinsip ini Dian dapatkan sudah sejak lama. Semenjak dia masih
menjalani kehidupan sebagai anak kampung di Malang. Kedua orangtuanya adalah
sosok yang mengajarkannya nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal.
Lingkungan di sekitar rumahnya yang juga banyak ditemukan surau dan
pondok pesantren cukup memberikannya kesan yang mendalam. Nilai-nilai keagamaan
dan kearifan local yang diajarkan semenjak kecil sampai lulus Sekolah Menengah
Atas (SMA) itulah yang akhirnya membuat kesan yang begitu dalam
di benak dan pikiran Dian. Sampai akhirnya dia memutuskan melanjutkan
kuliah ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) – dulu Akademi Bank Malang (ABM),
untuk melanjutkan pendidikannya di bidang ekonomi-bisnis. Di kampus inipun
sosok Dian terlihat menonjol. Beragam aktivitas organisasi banyak digelutinya.
Aksi-aksi sosial pun banyak dia laksanakan bersama teman-teman. Sosok
Dian yang supel, ramah, pemurah, santun dan suka membantu membuatnya banyak
memiliki kawan.
Kini, selepas lulus dari ABM (STIE) Malang di tahun 2005 dan meniti
karier di PT KIA Mobil Indonesia, kematangan Dian dalam memaknai hidup semakin
terlihat. Terutama mengenai prinsip berbagi. ”Di dalam harta kita memang ada
hak orang lain. Makanya, kita tidak boleh mengklaim sebagai milik kita
sendiri.Kita harus membaginya kepada orang lain. Lagi pula, Allah SWT telah
berjanji, siapa yang berbagi melalui infaq-shadaqah
dari sebagian hartanya (selain zakat yang telah
ditentukan ukurannya), maka harta kita akan dilipat-gandakan-Nya. Begitu pula
sebaliknya, berharta tapi tidak berzakat, berarti kita telah memakan hak orang
lain.”
Peduli dan berbagi kepada sesama. Itulah sisi kehidupan yang dijalani
dan dilakoni oleh Dian. Walhasil, seperti yang telah dijanjikan oleh Tuhan dan
benar-benar telah dirasakannya, bahwa rejekinya bukan malah surut karena
menunaikan zakat- infaq-shadaqah. Yang terjadi
justru kian bertambah. ”Alhamdulillah, rejekinya ada saja dari berbagai macam cara dan terus mengalir.
Sedekah itu menguatkan tauhid saya kepada Allah, dan Allah selalu melindungi
saya dan keluarga, apa yang saya minta selalu Allah kasih,” ujar Ibu dari Ahmad
Tahar Muzeki, Lubena Naja Kamila dan Irfan Yoga Nata.
Sebagai wujud syukur atas nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya,
Dian dan keluarganya ingin menunaikan ibada Haji ke Baitullah. Suatu saat, dia
bermimpi di Mekkah mencium Ka’bah, kemudian mimpi lagi yang sama dan kali
ketiga ia bermimpi ada seseorang yang menyuruhnya untuk menunaikan
ibadah haji.
”Maka, pada waktu itu, tahun 2008, langsung saya daftar dan tahun 2012
berangkat haji. Saat di Raudhah, saya menangis ingin ketemu Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, tiba- tiba muncul bau harum semerbak mewangi,” kisah wanita
ramah ini saat menunaikan ibadah haji.
Perkenalannya dengan Nurul Falah berawaldari Ahmadon Kepala Cabang
Tilawati Malang yang sudah terlebih dahulu mendirikan KB-TK Islam Manbaul Huda
tidak jauh dari rumahnya. ”Dialah yang menginspirasi saya untuk mendirikan
KB-TK Islam Darun Najah.
“Alhamdulillah, saya senang
sekali dan mendukung program-program Nurul Falah, salah satunya program LPI
(Lembaga Pendidikan Islam), dan saya sangat mendukung sekali,” ujar istri H.
Sony Adinata itu.
Kini, hari-harinya Dian
habiskan di lembaga pendidikan ini. Nilai-nilai hidup senantiasa ia contohkan
kepada guru-guru yang dipimpinnya. Loyalitas, yang diwujudkan dengan berbuat
baik kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia, sabar dalam mendidik anak-anak
dan ikhlas dalam bekerja. Misi hidupnya memang tidak bertujuan menumpuk harta.
Tapi, ada tujuan yang lebih hakiki, yakni bekerja sebagai bagian dari ibadah
dan hidup ini mesti bermanfaat bagi banyak orang. Bekerja keras dan tuntas,
bekerja cerdas dan tangkas, serta bekerja ikhlas. Juga, bermanfaat bagi banyak
orang. Hablumminallah, hablumminannas. Begitulah prinsip hidupnya. “Karena itu, sebagian harta yang saya
dapatkan selalu saya “belanjakan” di jalan Allah. Meskipun belum maksimal,
namun jalan menuju ke sana insya Allah saya akan berusaha untuk terus melakukannya dengan lebih baik lagi,”
jelas Dian dengan tulus. Sungguh, ada pelajaran berharga yang dapat dipetik
dari seorang anak manusia bernama Dian Dwi Anggraeni. Baik sebagai pribadi maupun
sosoknya sebagai pengusaha dan pemimpin. Terus terang, mencermati potret dirinya,
hati kami menjadi teramat tersentuh. Lantas kami berpikir, seandainya
“orang-orang yang beruntung” mau peduli dan berbagi pada “sesama yang kurang
beruntung” seperti yang dilakukan oleh Dian Dwi Anggraeni, insya Allah kemiskinan yang begitu
tinggi i negeri tercinta Indonesia ini,
bisa dikurangi dan bahkan bisa dihilangkan. (Sudayat)